Sinopsis :
Dalam khazanah pemikiran orang Melayu, komunikasi tampaknya menjadi sendi membangun kehidupan bersama. Orang Melayu lebih suka mendahulukan cara komunikasi daripada cara kekerasan yang dianggap tidak cerdas dan tidak beradab dalam menyelesaikan masalah. Cara berpikir semacam ini tampak nyata dalam beragam kearifan lokal masyarakat Melayu yang terepresentasikan dalam berbagai peribahasa dan ungkapan.
Bertolak dari peribahasa dan ungkapan Melayu yang ada, kita akan menemukan cara pandang orang Melayu tentang komunikasi. Bagi mereka, komunikasi bukanlah perkara sambil lalu, ia harus “dirasai” dan “dipikiri”. Orang Melalyu memandang komunikasi bermula dari hati yang dianggap sebagai pusat perasaan, pengertian, dan moralitas. Dengan bertolak dari hari, komunikasi dipandang menjadi arena kerja sama yang memungkinkan setiap orang memperoleh kepuasan, manfaat, serta penguatan hubungan antarpribadi.
Berdasarkan analisis paremiologis yang penulis buku lakukan, penulis menemukan bahwa sistem gagasan orang Melayu tentang komunikasi telah tersusun secara apik, sistematik, dan bersifat saling mengait. Susunan tersebut kemudian terepresentasikan dalam bentuk dua buah model yang penulis namakan : Model Komunikasi Burung Serindit dan Model Komunikasi Berbudi basa.
Endorsement :
“This interesting publication is a through study on the significant role of the major philosophy of ‘Budi’ of the Malay Region cultures in the people communication as a crucial socio-cultural tool for maintaining their life and livehihood over many generations”
Prof. Dr. L. Jan Slikkerveer
Director Leiden Ethnosystems and Development Programme-Universiteit Leiden
“Melayu bukan hanya sebuah etnik, melainkan juga kebudayaan bahkan peradaban. Buku yang unik ini dapat menjadi rujukan pemerhati komunikasi, bahasa, dan budaya Melayu, untuk menelusuri akar filsafat sekaligus strategi untuk memperkokoh eksistensi Melayu sebagai sebuah peradaban”
Prof. Dr. Engkus Kuswarno
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
“Di tengah gelombang globalisasi yang menyulitkan pewarisan budaya, buku ini hadir sebagai pencerah yang meluaskan pemahaman kita tentang filsafat dan budaya komunikasi orang Melayu.”
Prof. Madoka Fukuoka, Ph.D.
Graduate School of Human Sciences-Osaka University
“Pantun Melayu sering dibandingkan dengan Haiku Jepang. Keduanya mengandung arti yang sangat padat dan kearifan lokal. Juga ada persamaan nilai budi dalam budaya Melayu dan toku dalam budaya Jepang, Buku ini menarik tidak hanya untuk studi komunikasi, tapi juga studi perbandingan filsafat etnik.”
Prof. Dr. Mikihiro Moriyama
Nanzan University, Nagoya Jepang.
“Akhirnya saya temukan sebuah karya asli yang mampu mengisi kekosongan sekaligus meletakkan nilai-nilai dan pemikiran komunikasi Melayu ‘pada tempat yang selayaknya’ ”
Prof. Dr. Adnan Hussein
University Sains Malaysia
Karya Dr. Antar Venus lainnya :