Bagi praktisi dan profesional public relations (PR), disrupsi digital bukanlah ancaman, melainkan peluang. Mengapa? Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh Perhumas Indonesia dan Forum Human BUMN, ternyata keberadaan teknoligi big data dan artifical intelligence (AI) justru dapat mempermudah pekerjaan PR.
Menyongsong era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, praktisi serta profesional PR harus optimis dapat melaksanakan berbagai program kehumasannya secara maksimal. pada era baru ini, praktisi dan profesional PR dituntut untuk belajar hal baru. praktisi dan profesional PR perlu membangun kompetensi baru serta memahami berbagai perangkat baru yang bisa menunjang pekerjaannya
buku ini membahas tuntas bagaimana big data dan artifical intelligence (AI) dapat merevolusi dunia PR. Karena itu, buku ini wajib dimiliki tidak hanya oleh para praktisi dan profesional PR, tetapi juga akademisi PR agar dapat memaksimalkan perannya pada masa depan.
Testimoni :
I am delighted to see a public relations book written in Indonesia and from such an experienced professional as Dr. Arief. The public relations industry has too few books which describe and explain both theory and practice and this makes a valuable contribution from someone whi has many years’s experience in the very touhgest of jobs, facing crises, reputational threats and fake news.
Dr. Arief makes the vital link between communication and leadership: indeed to adapt a phrase from the great management scholar, Peter Drucker, leadership is communication. My hope for this book is that it helps to create the leaders of today and tomorrow for our necessary anda important profession.
AI untuk PR
Buku ini sangat menarik karena memandang dari dua sisi yang secara keilmuan berbeda, satu dari segi ilmu komputer dan satu lagi dari sisi ilmu komunikasi massa. Ujung dari pertemuan bidang keilmuan mestinya memberikan manfaat dalam praktik kehidupan.
Kecerdasan tiruan mencoba membantu cara kerja atau cara pikir manusia dalam berperilaku kesehariannya. Big data, internet of things, hingga artificial intelligence bisa disebut sebagai disrupsi di banyak aktivitas kehidupan, seperti perdagangan, industri, kedokteran, dan tidak ketinggalan dalam bidang public relations.
Kehadiran ini bisa mengganggu kenyamanan pekerja karena mengggantikan pekerjaan yang telah ada. Namun, kalau dipandang lebih jauh, ini merupakanpeluang dalam membentuk masyarakat yang lebih baik.
Peran manusia tentu menjadi utama daripada alat pemungkin tersebut (enabler), seperti hakikat perbedaan industri 4.0 dan Society 5.0.
Dr. N. Nurlaela Arief, MBA, sebagai praktisi di industri dan latar belakang pendidikannya, bisa memberikan suatu pandangan yang menarik dalam buku ini.