Sinopsiss :
“Pernah dengar kata kuldesak?” tanya Pak Mursyid pada Hagia.
“Itu sih judul film, Pak!”, ujar Hagia
“Tidak juga, kuldesak adalah judul kehidupan remaja. Kuldesak itu “jalan buntu”. Kamu berjalan di sebuah lorong panjang dan gelap. Di ujung sana ada seberkas cahaya, kamu selusuri jalan itu karena ada harapan bahwa lorong itu akan mengantar kamu keluar dari lorong gelap. Tapi setelah sampai pada ujung lorong, kamu menemukan jalan buntu. Tak ada jalan keluar. Cahaya itu ternyata dari lampu neon yang dipasang di dinding lorong. Kamu tertipu dan merasa sia-sia. Mau balik lagi, kamu sudah merasa cape. Untuk meneruskan perjalanan pun, kamu merasa tak berdaya, harus kemana lagi?’, ujar Pak Mursyid.
“Puitis skalee…”, celetuk Hagia. “apa kehidupan remaja seseram itu, Pak”
Pak Mursyid diam, menghela nafas panjang. “Ya”, jawabnya singkat. (Pak Mursyid pun menuturkan contoh-contoh kuldesak yang dialami remaja)
“Apakah kuldesak remaja akan berlangsung lama, Pak Mursyid?” tanya Hagia.
“Nggak juga, setelah malam pasti ada pagi. Setelah gelap yang membuatmu merasa ketakutan dan nggak pasti, pasti ada pagi dengan cahaya yang membuatmu merasa tenang dan tenteram….seluruh masalahmu yang semua nggak ada jawabannya, pasti akan kamu temukan jawabannya bila kamu mau bertanya dan terus belajar”.
Inilah yang digambarkan dalam Surat Adh-Dhuha. Selalu ada waktu dhuha setelah malam yang panjang…
Bagaimana kelanjutan dialog Hagia dan Pak Mursyid tentang Kuldesak dan Adh Dhuha? Bisa dibaca lengkap di buku Adh-Dhuha, Menjadi Remaja Peduli karya Bambang Q-Anees ini.